20 April 2012
Bila engkau masih saja mencintai kenikmatan-kenikmatan alam materi dan semua kesenangan ragawi, maka jelas engkau masih dalam posisi yang rendah. Sebab, kecintaan seperti ini hanya akan memalingkan jiwa dari alam metafisik (spritual). Bahkan kecintaan dalam hal ini adalah wujud nyata mengikuti nafsu hewaniah, sehingga pasti memalingkan diri pada kesenangan sejati di negeri keabadian (akherat).
Sungguh, kenikmatan jasmani saja tanpa di iringi dengan kesenangan ruhani, tidak akan mendapatkan cinta. Sebab, cinta adalah buah dari kesenangan ruhani. Sedangkan makrifat (mengenal Tuhan) adalah bonus yang pasti di dapatkan dari Sang Kekasih bila ia mencintai-Nya. Sehingga lepaskanlah setiap kecintaan terhadap keinginan badani. Penuhi saja secukupnya dan jangan pernah berlebihan, niscaya engkau akan mendapatkan kebahagiaan sejati.
“Sungguh ku merindukan-Mu hingga tak
terungkap dalam kata-kata. Cintaku ini meski tersembunyi, namun lebih
bergelora dari yang terlihat. Dan seandainya tubuh ini tak berbatas,
maka ku ingin selalu disamping-Mu. Agar aku dapat menyatu dengan-Mu
seutuhnya”
Ya. Berpalinglah dari kesenangan indrawi. Menetaplah pada persepsi
nonjasmaniah. Sebab, hal ini akan banyak menghilangkan kecintaan pada
hawa nafsu yang telah akrab denganmu. Dan ketika dirimu bisa mencintai
keindahan dan kenikmatan ruhani, maka bisa dipastikan itulah
kesempurnaan cinta. Bahkan saat jiwamu hanya mencintai keindahan dan
kenikmatan ruhani, maka semua yang terurai di alam materi akan
berkumpul. Ia akan berubah menjadi kekuatan dan terkonsentrasi pada satu
objek, yaitu Sang Kekasih tercinta.
“Terpesonaku akan keindahan-Nya. Dia
tampak agung dalam Dzat-Nya. Tampak sangat nyata dalam cahaya-Nya yang
benderang. Namun bukan karena itu aku menghamba-Nya, melainkan takzim
dalam kemuliaan-Nya”
Untuk itu pahamilah, bahwa Allah SWT adalah sumber cahaya yang
menyinari langit dan bumi. Dia pula Sang Maha Cinta, yang senang
membagikannya kepada hamba-Nya. Sehingga mengapa kau tidak senang
menerima cinta-Nya dengan tulus mencintai-Nya dalam segala hal? Atau
mengapa kau tidak mau setia kepada-Nya, dengan terus mengikuti apa saja
yang Dia inginkan (Al-Qur`an dan Sunnah)? Padahal itu pasti akan
membuatmu bahagia dan selamat dari musibah.
“O.. Cintaku telah membuatku cemburu.
Dengan penglihatanku, wajah-Mu membayang di semua ciptaan-Mu, hingga
terus menjadi ujian bagiku. Dan saat seseorang hendak mendekati-Mu, aku
pun larut dalam kecemburuan”
O.. betapa indahnya bisa jatuh cinta. Dan jatuh cinta yang paling
indah adalah hanya kepada-Nya. Dan apabila cinta itu telah menguasai
dirimu, maka kau akan rela mengorbankan semua yang ada hanya untuk-Nya.
Bahkan dirimu sendiri kau rasa bukan dirimu, melainkan Sang Kekasih.
Sehingga akan selalu melakukan apa saja yang disenangi dan diinginkan
oleh Kekasihmu.
“Duhai Kekasihku. Kian hari ku lihat
Engkau bertambah indah di mataku. Tiap waktu, semakin ku suka apa pun
yang Kau lakukan. Dan karena jiwaku senantiasa di jiwa-Mu, maka setiap
Kau ceria tentu semakin ku cinta”
Maka dari itu kekasihku, mari kita jatuh cinta lagi. Sebab, dicintai
hanya akan lengkap dengan mencintai. Cahaya hanya bisa menyatu dengan
Cahaya. Dan ketika diri telah benar-benar memahami tentang kelembutan
dan kedalaman makna cinta sejati, maka bersiaplah dengan kebahagiaan.Yogyakarta, 27 Desember 2011
Gian Poetra Oe.... (Poetra`)
[Cuplikan dari buku "Kajian Hati, Isyarat Tuhan", karya: Mashudi Antoro]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar